Teknologi Sistem Informasi (TSI) Perbankan adalah suatu sistem pengolahan data keuangan dan
pelayanan jasa perbankan secara elektronis dengan menggunakan sarana komputer,
telekomunikasi, dan sarana elektronis lainnya.Mengapa Menggunakan Teknologi
Sistem Informasi. Penggunaan TSI adalah untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi dalam pelaksanaan tugas dan pelayanan kepada masyarakat. Kapan
Menggunakan Teknologi Sistem Informasi
1.
Penggunaan Teknologi Informasi Dalam Sistem Informasi Akuntansi
2.
Penggunaan Sistem dan Teknologi Informasi Untuk Usaha Kecil
3. Teknologi
Sistem Informasi (TSI) Perbankan
Siapa saja
yang Berperan Menggunakan Teknologi Sistem Informasi
1. Dalam Hal Penyelenggaraan TSI
Dilakukan Oleh Bank Sendiri :
- Menerapkan Pengendalian Manajemen TSI
- Melaksanakan fungsi AUDIT INTERN TSI
- Memiliki alat monitor
- Menerapkan prinsip 2 sistem pengawasan dan
pengamanan
- Memiliki Disaster Recovery Plan (DRP)
2. Dalam Hal Penyelenggaraan TSI Dilakukan
Oleh Pihak Ketiga :
- Memastikan semua hal pada butir III.1
dipenuhi oleh pihak penyelenggara jasa TSI
- Melakukan evaluasi secara berkala atas kehandalan penyelenggara jasa TSI
- Melakukan evaluasi secara berkala atas kehandalan penyelenggara jasa TSI
-
Membuat perjanjian tertulis
- Menyampaikan laporan kepada BI
1. Perkembangan Teknologi Komputer Di
Perbankan
Semakin
majunya teknologi di dunia transaksi perbankanpun mulai mengunakan teknologi
berbasis komputer untuk mempermudah transaksi dengan nasabah. yang tadinya
melayani nasabah dengan harus bertemu / nasabah datang ke cabang-cabang bank
yang disediakan oleh bank yang dia gunakan untuk menabung/infertasi menjadi
lebih mudah karena bank mulai mengunakan teknoligi berbasis komputer dan sekarang
sudah bisa mengakses lewat internet bahkan dengan mobile “HP” dengan SMS sudah
banyak diterapkan bank.
Dalam dunia
perbankan, perkembangan teknologi informasi membuat para perusahaan mengubah
strategi bisnis dengan menempatkan teknologi sebagai unsur utama dalam proses
inovasi produk dan jasa seperti :
- Adanya
transaksi berupa Transfer uang via mobile maupun via teller.
- Adanya ATM
( Auto Teller Machine ) pengambilan uang secara cash secara 24 jam.
- Penggunaan
Database di bank – bank.
- Sinkronisasi
data – data pada Kantor Cabang dengan Kantor Pusat Bank.
Dengan
adanya jaringan komputer hubungan atau komunikasi kita dengan klien jadi lebih
hemat, efisien dan cepat. Contohnya : email, teleconference. Sedangkan di rumah
dapat berkomunikasi dengan pengguna lain untuk menjalin silaturahmi (chatting),
dan sebagai hiburan dapat digunakan untuk bermain game online, sharing file.
Apabila kita mempunyai lebih dari satu komputer, kita bisa terhubung dengan
internet melalui satu jaringan. Contohnya seperti di warnet atau rumah yang
memiliki banyak kamar dan terdapat setiap komputer di dalamnya. Pada dunia
perbankan, perkembangan teknologi informasi membuat para perusahaan mengubah
strategi bisnis dengan menempatkan teknologi sebagai unsur utama dalam proses
inovasi produk dan jasa. Seperti halnya pelayanan electronic transaction
(e-banking) melalui ATM, phone banking dan Internet Banking misalnya, merupakan
bentuk-bentuk baru dari pelayanan bank yang mengubah pelayanan transaksi manual
menjadi pelayanan transaksi yang berdasarkan teknologi.
2. Kriteria pemilihan teknologi
perangkat lunak perbankan
Kriteria
pemilihan software computer perbankan yang baik sesuai dengan kebutuhan bank
secara umum berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berikut:
· Kemampuan
dokumentasi atau Penyimpanan Data Jenis dan klasifikasi data bank yang relative
banyak harus bisa ditampung oleh software yang akan digunakan, termasuk
pertimbangan segi keamanan datanya. Jumlah nasabah serta frekuensi dan jumlah
transaksi harian yang besar memerlukan memory computer yang besar, selain
memerlukan kecepatan prosesor yang tinggi juga. Sebagai contoh BPR kurang
efisien jika menggunakan mesin besar, misalnya AS/400 dalm operasionalnya
karena kapasitas dan cakupan geografis BPR biasanya
· Sistem Keamanan
Sebagai lembaga kepercayaan masyarakat (agent of trusth), bank memerlukan
system keamanan yang handal untuk menjaga kerahasiaan data atau keuangan
nasabah; serta mencegah penyalahgunaan data atau keuangan oleh pihak lain yang
tidak bertanggung jawab. Software computer perbankan yang baik harus
menyediakan fasilitas pengendalian dan pengamanan tersebut.
· Sistem
Pelaporan (Reporting system) Data atau informasi yang dibutuhkan harus bisa
disajikan dalam bentuk yang jelas dan mudah dimengerti. Bank memerlukan
laporan-laporan yang lengkap dan jelas tersebut terutama dalam proses
pemeriksaan (audit) atau penyajian laporan yang bisa dimengerti oleh
pihak-pihak yang berkempentingan dengan harapan keuangan setiap bank menjadi
lebih transparan dan bisa dipertanggungjawabkan. · Aspek Pemeliharaan Kinerja
software perbankan diharapkan relative stabil selama bank beroperasi. Kondisi
ini memerlukan aspek pemeliharaaan yang baik, dalam arti secara teknis tidak
sulit dilakukan dan tidak membutuhkan biaya yang relative mahal. Pemeliharaan
ini juga menyangkut pergantian atau perbaikan teknis peralatan dan modifikasi
atau pengembangan software.
· Source Code Software perbankan biasanya
merupakan program paket yang sudah di-compile sehingga menjadi excecutable
file. File program tersebut relative tidak bisa dirubah atau dimodifikasi
seandainya bank menginginkan perubahan atau fasilitas tambahan dari software
tersebut. Kondisi ini bisa diatasi jika pihak bank mempunyai dan memahami
software tersevut dalam bentuk bahasa pemrograman aslinya atau source code.
3.Struktur Informasi Dan Hubungan Antar
Sub Sistem Aplikasi Bank
Konsep front
office yang lebih mendekati sisi nasabah dan konsep back office yang lebih
mendekati sisi bank sebagai lembaga keungan yang harus mencatat,
mendokumentasikan, dan atau mempublikasikan informasi keuangan, menyebabkan
system aplikasi perbankan terdiri dari sub-sub system yang saling berkaitan
sesuai dengan tahap-tahap pemrosesan dan jenis-jenis data keuangan.
1. Prinsip Kliring
Kliring (dari
Bahasa Inggris “clearing”) sebagai suatu istilah dalam dunia
perbankan dan keuangan menunjukkan suatu aktivitas yang berjalan sejak saat
terjadinya kesepakatan untuk suatu transaksi hingga selesainya pelaksanaan
kesepakatan tersebut. Kliring sangat dibutuhkan sebab kecepatan dalam dunia
perdagangan jauh lebih cepat daripada waktu yang dibutuhkan guna melengkapi
pelaksanaan asset transaksi. Klorong melibatkan manajemen dari paska
perdagangan pra penyelesaian, ekposur kredit guan memastikan bahwa transaksi dagang
terselesaikan sesuai dengan aturan pasar walaupun pembeli maupun penjual
menjadi tidak mampu melaksanakan penyelesaian kesepakatannya. Proses kliring
adalah termasuk pelaporan pemantauan marjin risiko netting transaksi dagang
menjadi posisi tunggal, penanganan, perpajakan dan penanganan kegagalan.
Di Amerika,
kliring antar bank dilaksanakan melalui Automated Clearing House (ACH), dimana
aturan dan regulasinya diatur oleh NACHA-The Electronic Payments
Association,yang dahulu dikenal dengan nama National Automated Clearing House
Association, serta Federal Reserve. Jaringan ACH ini akan bertindak selaku
pusat fasilitas kliring untuk semua transaksi transfer dana secara elektronik.
Kliring antar bank atas cek dilaksanakan oleh bank koresponden dan Federal
Reserve.
Sistem
kliring yang dilaksanakan BI saat ini sudah dapat berlangsung secara nasional
melalui Sistem Kliring Nasional BI (SKNBI). Maksudnya, proses kliring baik
kliring debet maupun kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara
nasional. Selain itu ada tiga sistem kliring lain yang lazim dikenal, yakni
Sistem manual, Sistem Semi Otomasi, dan Sistem Otomasi. Kliring manual adalah
penyelenggaraan kliring lokal yang dalam perhitungan, pembuatan bilyet saldo
kliring serta pemilihan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta
kliring. Perhitungan kliring didasarkan pada warkat yang dikliringkan oleh
peserta kliring.
Sedangkan
sistem semi otomasi adalah kliring lokal yang perhitungan dan pembuatan bilyet
saldo kliring dilakukan secara otomasi melalui alat bantu komputer. Namun
pemilihan warkat tetap dilakukan secara manual oleh bank peserta kliring.
Sementara sistem kliring lokal yang dalam perhitungan dan pembuatan bilyet
saldo kliring dan pemilahan warkat dilakukan secara otomatis dengan bantuan
komputer.
· Mekanisme
proses kliring elektronik
Mempersiapkan
warkat dan dokumen kliring meliputi pemisahan warkat menurut jenis transaksinya
(warkat debet atau warkat kredit), pembubuhan stempel kliring dan pencantuman
informasi MICR code line baik pada warkat maupun pada dokumen kliring.
Selanjutnya
Bank pengirim merekam data warkat kliring ke dalam sistem TPK dengan
menggunakan mesin reader encoder atau meng-input data warkat untuk menghasilkan
DKE.
Mengelompokkan
warkat dalam batch kemudian menyusunnya dalam bundel warkat yang terdiri dari:
BPWD/BPWK; Lembar Substitusi; Kartu Batch Warkat Debet/Kredit ; Warkat
Debet/Kredit.
Mengirimkan
batch DKE secara elektronik melalui JKD ke SPKE di penyelenggara. Fisik warkat
dari DKE selanjutnya dikirim ke penyelenggara untuk dipilah berdasarkan bank
tertuju secara otomasi dengan menggunakan mesin baca pilah berteknologi image.
Peserta
dapat melihat status DKE di TPK masingmasing, apakah pengiriman tersebut sukses
atau gagal.
SPKE
akan memproses DKE yang diterima secara otomatis setelah batas waktu transmit
DKE berakhir.
Selanjutnya
SPKE akan mem-broadcast informasi hasil kliring kepada seluruh TPK sehingga
peserta dapat secara on-line melihat posisi hasil kliring melalui TPK.
Hasil
perhitungan DKE tersebut (Bilyet Saldo Kliring) selanjutnya dibukukan ke
rekening giro masing-masing bank di sistem Bank Indonesia.
2. Informasi
Pada Cek dan Struktur Kode MIRC
Di
dalam chek code ini terdapat berbagai informasi yyang berkaitan dengan transaksi
nasabah. Mulai dari Paye, Draw e, Draw bank, Drawer Account, Chek number,
Amoun, Currency , Payee Bank Number, Payee account, Dat, Autorized signature of
makers.
Sistem
kliring elektronik di Indonesia
Pengertian
umum kliring adalah pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar bank
baik atas nama Bank maupun nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikan pada
waktu tertentu. Penyelenggaraan kliring di Jakarta pada awalnya
dilaksanakan secara manual. Namun dalam perkembangannya, sejalan dengan meningkatnya
transaksi perekonomian nasional khususnya di Jakarta dimana pada akhir tahun
1989 volume warkat telah mencapai 82.052 lembar warkat perhari dengan jumlah
bank peserta mencapai 613 bank. Hal ini menyebabkan penyelenggaraan kliring
secara manual dirasakan tidak efektif dan efisien lagi dan suasana pertemuan
kliring yang hiruk pikuk sering kali diibaratkan dengan suasana “pasar burung”.
Melihat
kondisi tersebut, Direksi Bank Indonesia dengan SKBI No. 21/9/KEP/DIR tanggal
23 Mei 1988, kemudian menetapkan untuk mengubah sistem penyelenggaraan kliring
lokal Jakarta dari sistem manual menjadi sistem otomasi kliring. Meskipun
demikian baru pada tanggal 4 Juni 1990 sistem otomasi dapat
diimplementasikan untuk memproses kliring penyerahan. Sementara untuk proses
kliring pengembalian tetap dilakukan secara manual, sampai kemudian pada tahun
1994 diganti dengan sistem semi otomasi yang kemudian dikenal dengan sebutan
SOKL .
Pada tahun
1996 rata-rata volume warkat kliring Jakarta mencapai 216.911 lembar per hari,
dengan pertumbuhahan rata-rata dalam tiga tahun sekitar 6%. Hal tersebut
menyebabkan meningkatnya tekanan dalam kegiatan proses warkat kliring baik di
bank peserta maupun di Bank Indonesia karena keterbatasan kemampuan sarana
kliring yang ada dibandingkan dengan peningkatan jumlah warkat kliring. Pada
gilirannya hambatan-hambatan tersebut menyebabkan terjadinya keterlambatan
dalam settlement dan penyediaan informasi hasil kliring. Hal
ini berpotensi mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap bank dan merugikan
lembaga lain yang terkait serta menimbulkan efek negatif berantai (systemic
risk)
Sehubungan
dengan itu, sesuai acuan pokok pengembangan sistem pembayaran nasional (Blue
Print Sistem Pembayaran Nasional Bank Indonesia;1995) yang antara lain
memuat visi, kerangka kebijakan dan langkah-langkah yang perlu dikembangkan
dalam menciptakan sistem pembayaran nasional yang lebih efektif, efisien,
handal dan aman, maka pada tahun 1996 konsep penyelenggaraan kliring lokal
secara elektronik dengan teknologi image mulai dikembangkan
oleh Urusan Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia. Pada tanggal 18
September 1998, Bank Indonesia mencatat sejarah baru dalam bidang sistem
pembayaran dimana untuk pertama kalinya di Indonesia diresmikan penggunaan Sistem
Kliring Elektronik (SKE) oleh Gubernur Bank Indonesia, DR. Syahril Sabirin.
Penerapan SKE tersebut dilakukan pada Penyelenggaraan Klring Lokal Jakarta
dimana pada awal implementasi, jumlah peserta yang ikut serta masih terbatas 7
bank peserta kliring (BRI, BDN, BII, BCA, Deutsche Bank, Standard Chartered,
Citibank) dan 2 peserta intern dari Bank Indonesia (Bagian Akunting Thamrin dan
Bagian Akunting Kota). Keikutsertaan kantor-kantor bank dalam Kliring
Elektronik dilakukan secara bertahap sesuai dengan kesiapan teknis
masing-masing peserta. Bagi kantorkantor bank yang belum menjadi anggota
Kliring Elektronik, perhitungan kliring tetap menggunakan sistem kliring
otomasi. Implementasi Kliring Elektronik secara menyeluruh kepada seluruh
peserta kliring di Jakarta baru dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2001.
· Warkat
Warkat
merupakan alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan melalui kliring.
Jenis warkat yang dapat diperhitungkan dalam kliring adalah :
1. Cek;
2. Bilyet
Giro;
3.
Wesel Bank Untuk Transfer;
4.
Surat Bukti Penerimaan Transfer;
5. Nota
Debet; dan
6. Nota
Kredit.
· Dokumen
Kliring
Dokumen
kliring merupakan dokumen kontrol dan berfungsi sebagai alat bantu dalam proses
perhitungan kliring yang terdiri dari :
1. Bukti
Penyerahan Warkat Debet – Kliring Penyerahan (BPWD).
2. Bukti
Penyerahan Warkat Kredit – Kliring Penyerahan (BPWK).
3. Kartu
Batch Warkat Debet.
4. Kartu
Batch warkat Kredit.
5. Lembar
Subsitusi.
3. Sistem Kliring Elektronik
Indonesia
Setiap
warkat dan dokumen kliring yang digunakan wajib memenuhi spesifikasi teknis
yang ditetapkan Bank Indonesia antara lain meliputi kualitas kertas, ukuran,
dan rancang bangun. Setiap pembuatan dan pencetakan warkat dan dokumen kliring untuk
pertama kali dan atau perubahannya oleh peserta wajib memperoleh persetujuan
secara tertulis dari Bank Indonesia Dalam Kliring Elektronik, agar data pada
warkat dan dokumen kliring dapat dibaca oleh mesin baca pilah yang ada di
Penyelenggara maka warkat dan dokumen kliring tersebut wajib dicantumkan
Magnetic Ink Character Recognition (MICR) code line. MICR adalah tinta magnetic
khusus yang dicantumkan pada clear band yang merupakan informasi dalam bentuk
angka dan symbol.
· Penyelenggara
Kliring
§ Siklus
Kliring Nominal Besar, terdiri dari :
1. Kliring
Penyerahan Nominal Besar.
2. Kliring
Pengembalian Nominal Besar Kedua kegiatan kliring tersebut dilakukan pada hari
yang sama.
§ Siklus
Kliring Ritel, terdiri dari :
1. Kliring
Penyerahan Ritel.
2. Kliring
Pengembalian Ritel Kedua kegiatan kliring tersebut dilakukan pada tanggal yang
berbeda yaitu kegiatan kliring pada huruf b dilakukan pada hari kerja
berikutnya setelah kegiatan kliring pada huruf a dilaksanakan.
4. Bank
Indonesia Real Time Gross Sttlement (BI-RTGS)
Untuk
mendukung efektifitas implementasi kebijakan moneter dan untuk mempercepat
pemulihan industri perbankan, kebijakan system pembayaran akan diarahkan untuk
mempercepat pengembangan dan implementasi suatu system pembayaran yang efisien,
akurat, aman, dan konsisten melalui peningkatan kualitas layanan. Salah satu
cara untuk mencapai hal tersebut adalah melalui implemnetasi Real Time Gross
Settlement System (BI-RTGS) yang sudah dimulai sejak 17 November tahun 2000
di Jakarta. Tujuan RTGS:
1. Memberikan
pelayanan sistem transfer dana antar peserta, antar nasabah peserta dan pihak
lainnya secara cepat, aman, dan efisien.
2. Memberikan
kepastian pembayaran.
3. Memperlancar
aliran pembayaran (payment flows).
4. Mengurangi
resiko settlement baik bagi peserta maupun nasabah peserta (systemic risk).
5. Meningkatkan
efektifitas pengelolaan dana (management fund) bagi peserta melalui
sentralisasi rekening giro.
6. Memberikan
informasi yang mendukung kebijakan moneter dan early warning system bagi
pengawasan bank.
7. Meningkatkan
efisiensi pasar uang.
9.
Sistem Perbankkan Elektronik
System perbankan
elektronik
Perbankan
Elekronik (E-banking) adalah salah satu
sektor yang terpengaruh oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
adalah perbankan, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di sektor
perbankan nasional relatif lebih maju dibandingkan sektor lainnya. Perbankan
elektronik mencakup wilayah yang luas dari teknologi yang berkembang pesat
akhir-akhir ini. Beberapa diantaranya terkait dengan layanan perbankan di
“garis depan”, seperti ATM dan komputerisiasi (sistem) perbankan, dan beberapa
kelompok lainnya bersifat "garis belakang", yaitu teknologi-teknologi
yang digunakan oleh lembaga keuangan, 'merchant, atau penyedia jasa transaksi..
1.
Perkembanggan teknologi perbankan elektronik
Peran
teknologi dalam dunia perbankan sangatlah mutlak, dimana kemajuan suatu sistem
perbankan sudah barang tentu ditopang oleh peran teknologi informasi. Semakin
berkembang dan kompleksnya fasilitas yang diterapkan perbankan untuk memudahkan
pelayanan, itu berarti semakin beragam dan kompleks adopsi teknologi yang
dimiliki oleh suatu bank. Tidak dapat dipungkiri, dalam setiap bidang termasuk
perbankan penerapan teknologi bertujuan selain untuk memudahkan operasional
intern perusahaan, juga bertujuan untuk semakin memudahkan pelayanan terhadap
customers. Apalagi untuk saat ini, khususnya dalam dunia perbankan hampir semua
produk yang ditawarkan kepada customers serupa, sehingga persaingan yang
terjadi dalam dunia perbankan adalah bagaimana memberikan produk yang serba
mudah dan serba cepat.
Salah satu bank yang
paling mutakhir dengan teknologi hi-end nya adalah BCA, dimana dengan asset
teknologi mutakhir yang dimilikinya BCA mampu menjadi leader dalam hal
pelayanan e-banking. Dengan jumlah ATM terbesar yang dimilikinya, fasilitas
internet banking,dll. Padahal ukuran kecanggihan sebuah teknologi perbankan
tidak hanya dilihat dari coverage ATM-nya semata, tapi seharusnya dilihat pada
data centernya, khususnya di aplikasi core bankingnya.
Memang
kendala yang dihadapi oleh dunia perbankan adalah kompleks dan mahalnya
teknologi informasi, karena sebagian besar teknologi ini masih disuplay oleh
vendor-vendor luar negeri. Tetapi kita lihat sekarang, banyak vendor – vendor
pribumi yang berani bersaing dalam teknologi informasi ini. Jadi kenapa kita
tidak memakai vendor-vendor pribumi untuk menanamkan teknologi informasi
tersebut dalam dunia perbankan. Hal ini manjadi tuntutan bagi perbankan karena
mau tidak mau suatu korporasi yang mempunyai ruang lingkup kerja yang luas
ditambah dengan operasional-operasional yang sangat banyak harus ditunjang
dengan suatu teknologi untuk memudahkan, mengefisienkan dan mengefektifkan
kinerja tersebut. Apalagi dalam dunia perbankan dibutuhkan suatu informasi yang
up to date bagi pihak manajemen menengah ke atas untuk memprediksikan langkah
bisnis yang akan diambil sehingga berbagai kendala yang mungkin muncul dapat
teratasi.
Sebagai contoh,
dibangunnya suatu sistem informasi Biro Kredit Nasional oleh Bank Indonesia,
hal itu dilakukan tidak lain adalah untuk mengantisipasi resiko kredit yang
mungkin muncul apabila salah seorang debitur mengajukan pinjaman di salah satu
bank padahal pinjaman di bank lain belum lunas. Hal ini dibutuhkan kesinergian
dan up to date-nya informasi antar bank sehingga hal tersebut dapat
terhindarkan.
Operasional
yang real time antar bank juga telah menjadi tuntutan bagi dunia perbankan,
karena hal ini menjadi salah satu materi bagi pelayanan yang berkompetisi dalam
memasarkan produk perbankan. Pengiriman uang transfer antar bank, outlet-outlet
otomasi (ATM), hal ini menjadi patokan penilaian bagi para nasabah umumnya
dalam melakukan transaksi dalam segi pelayanan. Jadi memang mau tidak mau
bisnis perbankan harus ditunjang keefisienan operasional jika ingin bersaing di
dalam dunianya, dan hal ini harus ditunjang dengan suatu sistem yang
terintegrasi yang termuat dalam suatu teknologi informasi.
Penerapan suatu
teknologi informasi menuntut diantaranya sumber daya manusia yang memadai. Jika
sumber daya manusia yang ada tidak menguasai teknologi tersebut hal ini menjadi
suatu pemborosan semata, karena mahalnya teknologi yang telah dibeli jika tidak
terpakai merupakan suatu hal yang sia-sia. Oleh karena itu sebelum teknologi
tersebut diterapkan, sudah seharusnyalah kita instropeksi terhadap kemampuan
korporasi, apakah cocok teknologi tersebut diterapkan, apakah sumber daya
manusianya memadai, dan apakah teknologi tersebut mempunyai features yang dapat
digunakan dalam jangka waktu yang lama. Karena penerapan suatu sistem teknologi
informasi merupakan salah satu aktivitas investasi jangka panjang bagi
korporasi. Hal ini sudah sepatutnya menjadi hal yang diperhitungkan dalam dunia
perbankan, sebagai lembaga intermediasi bagi masyarakat, sudah seharusnya
perbankan menjadi “pelayan” yang setia dengan selalu merealisasikan
bentuk-bentuk pelayanan dengan menggunakan teknologi informasi.
Namun masyarakat sering
salah kaprah. Internet banking sering dikatakan canggih karena memungkinkan
akses perbankan dari manapun. Padahal jika dilihat dari arsitektur sistem
perbankannya, E-Banking hanyalah salah satu channel dari banyak channel untuk
transaksi perbankan semisal EDC (electronic data capture) yang banyak terdapat
di merchant belanja. Ataupun mesin ATM itu sendiri
Mudahnya sebuah sistem
yang mengelola data hingga 140 juta customer base yang hanya digunakan untuk
pencatatan saja semisal KPU-Pemilu, tentunya tidak lebih canggih dibandingkan
BRI dengan 30 juta customer yang menggunakan aplikasinya untuk menghitung
kelipatan bunga dan kredit. Dan tentunya tidak berarti BRI kalah canggih dengan
aplikasi Bank Niaga yang mampu dengan akses banyak channel-nya bila pelanggannya
hanya 10juta.
Pengembangan lokasi
layanan perbankan saat ini nyaris sudah tidak mungkin, penambahan produk baru
juga tidak akan beranjak jauh dari inovasi sekitar mobile-banking dan
ekstensifikasi layanan private banking, yang semula diarahkan ke nasabah-nasabah
kelas kakap saja. Layanan financial planning yang semula sangat terbatas, kini
semakin marak dan dimungkinkan dengan terbukanya peluang untuk memadukan
produk-produk asuransi, pasar-modal dan dana-pensiun ke dalam layanan
perbankan. Teknologi yang diperlukan sifatnya menjadi sangat individual dan
tergantung pada profil dan kebutuhan masing-masing nasabah. Yang penting adalah
bahwa perkembangan saat ini menunjukkan bahwa layanan jasa-keuangan sedang
bergerak ke arah konvergensi di antara keempat jenis produk tersebut.
Lalu, bagaimana
penerapan teknologi informasi untuk kebutuhan seperti ini? Tidak mungkin
melakukan integrasi dari semua sistem aplikasi yang terkait, karena
masing-masing aplikasi hampir pasti dioperasikan oleh perusahaan-perusahaan yang
berbeda. Beberapa bank tampak mengoperasikan service desk terpisah untuk
masing-masing jenis layanan jasa keuangan. Insurance desk misalnya, ada di
sudut khusus untuk jenis layanan itu. Capital market instruments relatip lebih
mudah diintegrasikan ke dalam layanan jasa perbankan, itupun kalau konfigurasi
produknya simpel-simpel saja. Pola ini primordial sifatnya dan sudah dilakukan
lebih dari 10 tahun yang lalu. Tantangannya adalah dukungan teknologi perbankan
di meja service representative yang dapat digunakan untuk memadukan semua
layanan jasa perbankan ini dan meraciknya secara individual untuk para nasabah
yang memerlukan.
Berbagai kasus di atas
membantu menunjukkan bahwa teknologi yang diterapkan dengan baik memberikan
competitive advantage kepada sebuah bank. Setiap bank mempunyai akses yang sama
atas teknologi yang ada, namun yang mampu memanfaatkannya dengan benar adalah
mereka yang berhasil meraciknya ke dalam sebuah konfigurasi yang fungsional dan
efisien, yang diimplementasikan dengan seksama, yang mendukung produk dan
layanan yang ciamik serta dioperasikan dengan tepat-guna. Membeli teknologi
adalah kegiatan yang paling mudah dan tidak memerlukan keahlian tinggi. Namun,
semuanya kembali memerlukan perancangan, penerapan teknologi yang baik, Good IT
Governance, yang berdasarkan keseuaian target korporasi dari perbankan itu
sendiri.
2.
Jenis jenis e-banking
ATM
ATM (bahasa Indonesia:
Anjungan Tunai Mandiri atau dalam bahasa Inggris: Automated Teller Machine)
adalah sebuah alat elektronik yang mengijinkan nasabah bank untuk mengambil
uang dan mengecek rekening tabungan mereka tanpa perlu dilayani oleh seorang
"teller" manusia. Banyak ATM juga mengijinkan penyimpanan uang atau
cek, transfer uang atau bahkan membeli perangko.
ATM sering ditempatkan di
lokasi-lokasi strategis, seperti restoran, pusat perbelanjaan, bandar udara,
pasar, dan kantor-kantor bank itu sendiri.
Sistem Penyelesaian
Bruto Waktu-Nyata (Real-Time Gross Settlement System)
RTGS (Real-Time Gross
Settlement). Sistem RTGS adalah proses penyelesaian akhir transaksi
(settlement) pembayaran yang dilakukan per transaksi (individually processed /
gross settlement) dan bersifat Real-time (electronically processed), di mana
rekening peserta dapat di-debit / di-kredit berkali-kali dalam sehari sesuai
dengan perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Dengan sistem RTGS,
peserta pengirim melalui terminal RTGS di tempatnya mentransmisikan transaksi
pembayaran ke pusat pengolahan sistem RTGS (RTGS Central Computer /RCC) di Bank
Sentral (dalam hal ini Bank Indonesia untuk proses settlement. Jika proses
settlement berhasil, transaksi pembayaran akan diteruskan secara otomatis dan
elektronis kepada peserta penerima. Keberhasilan proses settlement tergantung
dari kecukupan saldo peserta pengirim karena dalam sistem BI-RTGS peserta hanya
diperbolehkan untuk mengkredit peserta lain. Dengan kata lain, peserta RTGS
harus meyakinkan bahwa saldo rekeningnya di Bank cukup sebelum peserta tersebut
melaksanakan transfer ke perserta RTGS lainnya.
Penerapan sistem RTGS
di Indonesia telah dimulai sejak tanggal 17 November 2000 dengan nama Sistem
Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
System aplikasi
perbankan
Aplikasi perbankan
dianggap salah satu aplikasi yang paling kompleks dalam pengembangan perangkat
lunak saat ini dan industri pengujian Apa yang membuat aplikasi Perbankan
begitu rumit?. Pendekatan apa yang harus diikuti dalam rangka untuk menguji
alur kerja yang kompleks yang terlibat? In this article we will be highlighting
different stages and techniques involved in testing Banking applications. Pada
artikel ini kita akan menyoroti berbagai tahap dan teknik yang terlibat dalam
pengujian aplikasi Perbankan.
Karakteristik dari
aplikasi Perbankan adalah sebagai berikut:
Multi tier
fungsionalitas untuk mendukung ribuan sesi pengguna bersamaan
Integrasi skala besar,
biasanya sebuah aplikasi perbankan terintegrasi dengan aplikasi lain seperti
utilitas Bill Pay dan rekening Perdagangan
Kompleks Bisnis
workflow
Real Time dan Batch
processing
Tinggi tingkat
Transaksi per detik
Transaksi Aman
Pelaporan Kuat bagian
untuk melacak hari ke hari transaksi
Kuat Audit memecahkan
masalah pelanggan
Besar sistem
penyimpanan
Manajemen Bencana.
Internet banking
Online banking (atau
internet banking atau e-banking) memungkinkan pelanggan dari sebuah lembaga
keuangan untuk melakukan transaksi keuangan pada website yang aman dioperasikan
oleh lembaga, yang dapat menjadi ritel atau maya perbankan , credit union atau
bangunan masyarakat .
Untuk mengakses
fasilitas online banking lembaga keuangan, seorang pelanggan memiliki akses
internet pribadi harus mendaftarkan diri ke lembaga untuk layanan ini, dan
menyiapkan beberapa password (di bawah berbagai nama) untuk verifikasi
pelanggan. Password untuk online banking biasanya tidak sama seperti untuk
telepon perbankan . Lembaga keuangan sekarang secara rutin mengalokasikan nomor
pelanggan (juga di bawah berbagai nama), apakah atau tidak pelanggan berniat
untuk mengakses fasilitas perbankan online mereka. Nomor pelanggan biasanya
tidak sama dengan nomor rekening, karena jumlah rekening dapat dihubungkan
dengan jumlah pelanggan satu. Pelanggan akan terhubung ke nomor pelanggan
setiap akun tersebut yang kontrol pelanggan, yang mungkin cek, tabungan,
pinjaman, kartu kredit dan account lainnya.
Untuk mengakses
perbankan online, pelanggan akan pergi ke situs web institusi keuangan, dan
masukkan fasilitas perbankan online menggunakan nomor pelanggan dan password.
Beberapa lembaga keuangan telah menyiapkan langkah-langkah keamanan tambahan
untuk akses, tetapi tidak ada konsistensi dengan pendekatan diadopsi.
Sitem kliring
elektronik
Sebuah kliring
elektronik terminal(ECT) diinstal pada premis/bank cabang untuk menagkap dan
mengirim informasi MICR cek ke ACH.Pada ACH, sebuah computer pusat akan
menerima dam memproses informasi cek yang dikirimkan oleh bank/cabang.
Berdasarkan informasi cek ditransmisikan, ACH dan dapat menghitung kliring bank
dan posisi pemukiman. Pemeriksaan fisik akan disampaikan di lain waktu ke
ACH.Setelah menerima cek fisik, ACH akan
menjalankan proses untuk membandingkan informasi MICR atas cek fisik terhadap
informasi yang dikirimkan secara online oleh bankInformasi MICR atas cek fisik
terhadap informasi yang ditransmisikan secara online oleh bank. System akan
menghasilkan laporan pengecualian untuk menyorot setiap perbedaan bagi bank.
Pemeriksaan selanjutnya akan disortir oleh pembaca kecepatan tinggi/penyotir
untuk diambil oleh masing-masing bank.
3.
Prinsip penerapan E-banking dan
M-banking
Penerapan E-banking
Keamanan informasi
keuangan pelanggan adalah sangat penting, tanpa yang online banking tidak bisa
beroperasi. Lembaga keuangan telah menyiapkan berbagai proses keamanan untuk
mengurangi risiko akses yang tidak sah secara online ke catatan pelanggan,
tetapi tidak ada konsistensi untuk berbagai pendekatan yang diadopsi.
Penggunaan situs Web
aman telah menjadi hampir universal diadopsi.
Meskipun tunggal sandi
otentikasi masih digunakan, dengan sendirinya tidak dianggap cukup aman untuk
online banking di beberapa negara. Pada dasarnya ada dua metode keamanan yang
berbeda di gunakan untuk online banking.
The PIN / TAN sistem
dimana PIN mewakili password, yang digunakan untuk login dan Tans mewakili satu
kali password untuk autentikasi transaksi. Tans dapat didistribusikan dengan
cara yang berbeda, yang paling populer adalah dengan mengirim daftar Tans
kepada pengguna online banking melalui surat pos. Cara yang paling aman
menggunakan Tans adalah untuk menghasilkan mereka oleh kebutuhan menggunakan
token keamanan . Ini Tans dihasilkan tanda tergantung pada waktu dan rahasia
yang unik, yang disimpan dalam token keamanan ( otentikasi dua faktor atau
2FA). Biasanya perbankan online dengan PIN / TAN dilakukan melalui web browser
menggunakan koneksi SSL aman, sehingga tidak ada enkripsi tambahan diperlukan.
Cara lain untuk
memberikan Tans ke pengguna online banking adalah mengirimkan TAN transaksi
bank saat ini untuk (GSM) ponsel pengguna melalui SMS. Teks SMS biasanya
mengutip jumlah transaksi dan rincian, TAN hanya berlaku untuk jangka waktu
singkat. Terutama di Jerman, Austria dan Belanda, banyak bank telah mengadopsi
"SMS TAN" layanan karena dianggap sangat aman.
Tanda tangan didasarkan
perbankan online di mana semua transaksi ditandatangani dan dienkripsi secara
digital. Kunci untuk generasi tanda tangan dan enkripsi dapat disimpan pada
smartcard atau media memori, tergantung pada pelaksanaan beton.
Serangan
Sebagian besar serangan
terhadap perbankan online digunakan saat ini adalah berdasarkan menipu pengguna
untuk mencuri data login dan Tans yang valid. Dua contoh terkenal bagi mereka
serangan phishing dan pharming . Cross-site scripting dan keylogger / trojan
horse juga dapat digunakan untuk mencuri informasi login.
Sebuah metode untuk
menyerang tanda tangan metode berbasis perbankan online adalah untuk
memanipulasi perangkat lunak yang digunakan dengan cara, bahwa transaksi yang
benar ditampilkan pada layar dan transaksi palsu ditandatangani di latar
belakang.
A 2008 US Federal
Deposit Insurance Corporation Teknologi Insiden Report, yang disusun dari bank
laporan kegiatan mencurigakan mengajukan triwulanan, daftar 536 kasus
penyusupan komputer, dengan kerugian rata-rata per insiden sebesar $ 30.000.
ang menambahkan sampai dengan kerugian hampir $ 16-juta pada kuartal kedua
tahun 2007. Intrusi komputer meningkat 150 persen antara kuartal pertama tahun
2007 dan yang kedua. Dalam 80 persen dari kasus, sumber gangguan itu tidak
diketahui tetapi itu terjadi selama online banking, kata laporan itu.
Jenis terbaru dari
serangan adalah apa yang disebut Manusia di Browser serangan, di mana sebuah
Trojan horse memungkinkan penyerang remote untuk mengubah nomor tujuan rekening
dan juga jumlahnya.
Penanggulangan
Ada ada beberapa
tindakan pencegahan yang mencoba untuk menghindari serangan. Sertifikat digital
digunakan terhadap phishing dan pharming, penggunaan kelas-3 pembaca kartu
adalah ukuran untuk menghindari manipulasi transaksi oleh perangkat lunak di
signature varian perbankan berbasis online. Untuk melindungi sistem mereka terhadap
trojan horse, pengguna harus menggunakan scanner virus dan berhati-hati dengan
software download atau lampiran e-mail.
Pada tahun 2001 AS
Lembaga Keuangan Federal Pemeriksaan Council menerbitkan panduan untuk
otentikasi multifaktor (MFA) dan kemudian diminta untuk berada di tempat pada
akhir 2006.
Penerapan M-banking
Ada sejumlah besar
perangkat ponsel yang berbeda dan itu adalah tantangan besar bagi bank untuk
menawarkan solusi mobile banking pada setiap jenis perangkat. Beberapa dari
perangkat ini mendukung Java ME dan lain-lain dukungan SIM Application Toolkit
, browser WAP, atau hanya SMS .
Masalah
interoperabilitas awal namun telah dilokalisasi, dengan negara-negara seperti
India menggunakan portal seperti R-Dunia untuk memungkinkan keterbatasan ponsel
low end berbasis java, sedangkan fokus pada bidang-bidang seperti Afrika
Selatan telah gagal ke USSD sebagai dasar dari komunikasi dapat dicapai dengan
telepon.
Keinginan untuk
interoperabilitas sebagian besar tergantung pada bank itu sendiri, di mana
aplikasi diinstal (berbasis Java atau asli) memberikan keamanan yang lebih
baik, lebih mudah digunakan dan memungkinkan pengembangan kemampuan yang lebih
kompleks yang mirip dengan internet banking sedangkan SMS dapat memberikan
dasar-dasar tetapi menjadi sulit untuk beroperasi dengan transaksi yang lebih
kompleks.
Ada mitos bahwa ada
tantangan interoperabilitas antara aplikasi mobile banking karena dirasakan
kurangnya standar teknologi umum untuk mobile banking. Dalam prakteknya masih
terlalu dini dalam siklus hidup layanan untuk interoperabilitas diselesaikan
dalam sebuah negara individu, sangat sedikit negara memiliki lebih dari satu
penyedia layanan perbankan mobile. Dalam prakteknya, interface perbankan
didefinisikan dengan baik dan uang gerakan antara bank mengikuti standar
IS0-8583. Sebagai mobile banking jatuh tempo, uang gerakan antara penyedia
layanan secara alami akan mengadopsi standar yang sama seperti di dunia
perbankan.
Pada Januari 2009,
Mobile Marketing Association (MMA) Perbankan Sub-Komite yang diketuai oleh
CellTrust dan VeriSign Inc, menerbitkan Tinjauan Mobile Banking untuk lembaga
keuangan di mana ia membahas keuntungan dan kerugian dari Platform Saluran
Handphone seperti Layanan Pesan Singkat ( SMS ), Mobile Web, Aplikasi Client
Mobile, SMS dengan Mobile Web dan SMS Secure.
Keamanan
Keamanan transaksi
keuangan, dieksekusi dari beberapa lokasi terpencil dan transmisi informasi
keuangan melalui udara, adalah tantangan yang paling rumit yang perlu ditangani
bersama oleh pengembang aplikasi mobile, penyedia layanan jaringan nirkabel dan
IT perbankan departemen.
Aspek-aspek berikut
perlu ditangani untuk menawarkan infrastruktur yang aman untuk transaksi
keuangan melalui jaringan nirkabel:
Jika bank menawarkan
smart-card berbasis keamanan, keamanan fisik perangkat lebih penting. Dalam hal
perangkat dicuri, hacker harus memerlukan setidaknya sebuah ID / Password untuk
mengakses aplikasi. Hal ini akan memastikan bahwa perangkat yang tidak sah
tidak terhubung untuk melakukan transaksi keuangan.
User ID / Password
otentikasi pelanggan bank.
Enkripsi data sedang
dikirim melalui udara. Enkripsi data yang akan disimpan dalam perangkat untuk
analisis nanti / off-line oleh pelanggan. Password satu kali (OTPs) adalah alat
terbaru yang digunakan oleh penyedia jasa keuangan dan perbankan dalam
memerangi penipuan dunia maya . Daripada mengandalkan password hafal
tradisional, OTPs diminta oleh konsumen setiap kali mereka ingin melakukan
transaksi dengan menggunakan online atau mobile banking antarmuka. Ketika permintaan
tersebut diterima password dikirimkan ke telepon konsumen melalui SMS. Sandi
akan berakhir setelah telah digunakan atau sekali yang dijadwalkan siklus hidup
telah berakhir.
Karena kekhawatiran
dibuat eksplisit di atas, adalah sangat penting bahwa SMS gateway penyedia
dapat memberikan kualitas yang layak dari layanan untuk bank dan lembaga
keuangan dalam hal SMS layanan. Oleh karena itu, penyediaan perjanjian tingkat
layanan (SLA) merupakan persyaratan untuk industri ini, maka perlu untuk memberikan
bank garansi pengiriman pelanggan dari semua pesan, serta pengukuran pada
kecepatan pengiriman, throughput, dll SLA memberikan pelayanan parameter di
mana suatu solusi messaging dijamin untuk melakukan.
Skalabilitas dan
keandalan
Tantangan lain bagi CIO
dan CTO dari bank-bank adalah untuk skala-up infrastruktur mobile banking untuk
menangani pertumbuhan eksponensial dari basis pelanggan. Dengan mobile banking,
pelanggan dapat duduk di bagian manapun di dunia (benar kapan saja, dimana saja
perbankan) dan karenanya bank perlu memastikan bahwa sistem dan berjalan dengan
cara yang benar 24 x 7. Sebagai pelanggan akan menemukan mobile banking lebih
dan lebih bermanfaat, harapan mereka dari solusi akan meningkat. Bank tidak
dapat memenuhi ekspektasi kinerja dan kehandalan mungkin kehilangan kepercayaan
pelanggan. Ada beberapa sistem seperti platform Transaksi Handphone yang
memungkinkan pengaktifan ponsel cepat dan aman dari berbagai layanan perbankan.
Baru di India telah terjadi pertumbuhan yang fenomenal dalam penggunaan
aplikasi Mobile Banking, dengan bank terkemuka mengadopsi platform Transaksi
Mobile dan Bank Sentral pedoman penerbitan untuk operasi mobile banking.
Distribusi Aplikasi
Karena sifat dari
konektivitas antara bank dan nasabah, akan tidak praktis untuk mengharapkan
pelanggan untuk secara teratur mengunjungi bank atau terhubung ke situs web
untuk upgrade biasa dari aplikasi mobile banking mereka. Ini akan diharapkan
bahwa aplikasi mobile itu sendiri memeriksa upgrade dan update dan download
patch yang diperlukan (disebut "Over The Air" pembaruan). Namun,
mungkin ada banyak masalah untuk menerapkan pendekatan ini seperti upgrade /
sinkronisasi komponen terikat lainnya.
4. Internasional electronic fund transfer
Internasional
elektronik transfer dana adalah salah satu cara tercepat untuk mengirim uang
kepada seseorang saat Anda tidak ingin uang tunai atau bank cek untuk datang ke
dalam gambar. Proses mentransfer uang internasional juga disebut wire transfer
internasional. Mereka disebut wire transfer karena pada awal layanan ini,
perusahaan transfer digunakan kawat dan layanan telegraf untuk memproses
transaksi. Transfer-transfer ini dikenal sebagai Giro di Eropa.
Sampai sekarang, metode
transfer uang paling aman internasional adalah bank untuk transfer bank kawat.
Hal ini terutama karena semua uang yang akan ditransfer antar rekening yang
berarti bahwa sistem konfirmasi identitas biasa datang ke dalam gambar. Hal ini
juga memungkinkan untuk mengingat uang itu ditransfer. Sebagai perusahaan dan
bank telah pindah ke Internet untuk wire transfer asing, informasi transaksi
menggunakan enkripsi tugas berat untuk memindahkan uang sekitar.
Organisasi yang
menangani sebagian besar transfer bank internasional SWIFT. SWIFT adalah sebuah
organisasi koperasi. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1974. Pada awalnya
memang hanya tujuh bank internasional utama sebagai anggotanya. Mereka
membentuk jaringan global. Tugas dari jaringan ini adalah untuk mengelola
transfer dana dan data transaksi lainnya. Kantor pusat saat ini SWIFT terletak
di Brussels.
Untuk membuat SWIFT
modus pilihan cara yang diterima secara internasional untuk mengirim uang ke
luar negeri, ada banyak langkah. Hari ini SWIFT adalah sanksi oleh PBB. Untuk
mentransfer dana melalui jasa SWIFT, organisasi perlu kode 9362 ISO. Ini adalah
kode karakter delapan panjang. Kode ini umumnya berasal dari nama bank yang
memberikan kontribusi pertama empat huruf, Huruf-huruf kelima dan keenam
mengidentifikasi negara dan dua terakhir mengidentifikasi kota di mana bank didasarkan.
Organisasi lain yang
telah memberikan layanan wire transfer internasional untuk orang dan organisasi
bisnis adalah Western Union. Keuntungan utama dari layanan Western Union adalah
bahwa tidak ada bank yang terlibat dalam skenario. Hal ini dimungkinkan untuk
melakukan transaksi anonim seperti dalam kasus tertentu, Western Union tidak
memerlukan semacam dokumen identifikasi atau bukti tersebut untuk memberikan
uang kepada penerima.
Mengingat peningkatan
kasus layanan kawat uang yang digunakan untuk tujuan jahat, peraturan
diberlakukan untuk mengurus proses. Di Amerika Serikat, Kantor Pengawasan Aset
Luar Negeri telah ditugaskan untuk memantau semua transaksi tersebut. Tugas
utama organisasi ini adalah untuk mengawasi sehingga uang tidak bisa ditransfer
ke organisasi teroris yang dikenal atau negara lain organisasi yang berada di
bawah sanksi ekonomi.
Wire transfer
internasional dana telah membuatnya menjadi sangat mudah bagi orang dan
organisasi untuk tetap
Sumber:
0 comments:
Posting Komentar