Tugas
ISD-4 (1)
Dosen : Ramita
Hapsari
Nama : Meliana
NPM : 1B115208
Nama : Meliana
NPM : 1B115208
Konflik Ambon Tahun 1999
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki masyarakat yang majemuk yang terdapat beragam suku, etnik, adat, ras, agama dan bahasa yang berbeda-beda. Di Indonesia terdapat 300 lebih suku bangsa dan memiliki lebih dari 200 bahasa khas yang membedakan suku yang satu dengan yang lainnya. Di Indonesia juga terdapat beragam agama yaitu Islam, Protestan, Katholik, Hindu, Budha, dan lain-lain. Oleh karena itu masyarakat Indonesia disebut sebagain masyarakat yang majemuk. Tetapi dalam menjaga persatuan dan kesatuan, Indonesia memiliki semboyan yaitu “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Kondisi yang majemuk dengan beragamnya suku bangsa, etnik, adat, ras, agama, dan bahasa dapat menjadikan masyarakat Indonesia rentan akan terjadinya konflik. Rentannya konflik merupakan sebab dari pertentangan kebudayaan antar masyarakat yang berbeda.
Salah
satu konflik yang terjadi di Indonesia adalah konflik Ambon (Maluku) pada
September 1999 yang merenggut hampir 5.000 nyawa melayang dan menyebabkan
penderitaan berupa kemiskinan, menghancurkan sistem sosial pada masyarakat yaitu
konflik yang terjadi karena berdasarkan atas identitas agama yaitu agama Islam
dengan agama Kristen. Konflik Ambon 1999 ini adalah merupakan tragedi
kemanusiaan terbesar dalam sejarah hubungan antar umat beragama di Indonesia.
Dimana sebenarnya konflik tersebut berawal dari individu dengan individu bukan
antar kelompok, yang kemudian meluas hingga menjadi konflik antar kelompok.
Bukan
hanya sebagai konflik antar agama yang menimbulkan konflik ini tetapi ada
faktor lain yaitu adanya kesenjangan ekonomi dan sosial yang menjadi penyebab
konflik. Konflik yang terjadi antara warga Muslim baik pribumi maupun
pendatang, yang perekonomiannya dianggap relatif baik karena pekerjaannya
sebagai pedagang dan lebih banyak berperan dalam pemerintahan menyebabkan kelompok
Kristen merasa termarjinalisasi oleh keadaan tersebut. Konflik ini terbagi
menjadi empat babak yang latar belakangnya berbeda. Dijelaskan bahwa isu SARA
yang dilakukan oleh orang-orang yang berkepentingan merupakan ikut menjadi
pemicu terjadinya konflik agama tersebut.
Konflik yang terjadi di Ambon pada dasarnya adalah konflik yang disebabkan karena adanya kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi pada jaman penjajahan yang kemudian dipicu dengan adanya pertikaian antara preman yang beragama Islam dengan supir angkot yang beragama Kristen. Dalam pertikaian disertai dengan isu-isu SARA yang dilakukan oleh orang-orang atau kelompok yang berkepentingan sehingga menimbulkan konflik ini semakin luas.
Tradisi Pela Gndong yang sebagai media persatuan masyarakat Ambon atas dasar perbedaan agama, ras, suku, dan adat ini sudah tidak dapat berfungsi lagi karena sudah luntur seiring dengan banyaknya pendatang yang datang ke Ambon. Selain itu dari pihak aparat keamanan juga tidak berfungsi dengan baik karena pada kenyataannya masih ditemukan adanya kerja sama antara pihak yang bertikai secara sepihak.
Konflik yang terjadi di Ambon pada dasarnya adalah konflik yang disebabkan karena adanya kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi pada jaman penjajahan yang kemudian dipicu dengan adanya pertikaian antara preman yang beragama Islam dengan supir angkot yang beragama Kristen. Dalam pertikaian disertai dengan isu-isu SARA yang dilakukan oleh orang-orang atau kelompok yang berkepentingan sehingga menimbulkan konflik ini semakin luas.
Tradisi Pela Gndong yang sebagai media persatuan masyarakat Ambon atas dasar perbedaan agama, ras, suku, dan adat ini sudah tidak dapat berfungsi lagi karena sudah luntur seiring dengan banyaknya pendatang yang datang ke Ambon. Selain itu dari pihak aparat keamanan juga tidak berfungsi dengan baik karena pada kenyataannya masih ditemukan adanya kerja sama antara pihak yang bertikai secara sepihak.
Usaha memperbaiki /
manggulangi masalah tersebut;
- Meningkatkan kualitas kehidupan kita. Dengan menyadari adanya beragam budaya maka kita bisa lebih humanis.
- Diversitas (keberagaman) merupakan suatu hal yang tidak terhindarkan. Keberagaman tersebut menuntut untuk terjalinnya toleransi antar etnis sehingga diskriminasi etnis tidak akan terbentuk
- Kehidupan ekonomi semakin mengglobal dan mengharuskan terjalinnya hubungan dengan berbagai orang dengan latar belakang budaya yang berbeda. Mulai menerima untuk bekerjasama dengan etnis lain untuk memajukan perekonomian tanpa adanya diskriminasi etnik.
- Menurunkan stereotip dan prasangka. Stereotip dan prasangka merupakan penyebab terjadinya konflik yang pengaruhnya sangat besar karena streotip dan prasangka akan membuat pemahaman yang salah tentang etnis tertentu yang pada akhirnya membentuk generalisasi yang merugikan banyak pihak (semua kelompok etnis) padahal hanya sebagian (sedikit) dari anggota etnik tersebut yang melakukan perilaku yang merugikan..
- Meningkatkan hubungan lebih positif antara etnis mayaoritas dan etnis minoritas (etnis asli dan etnis pendatang). Dalam hal ini etnis pendatang mau meneroma etnis pendatang sebagaai bagian dari keluarga besar Indonesia sedangkan etnis pendatang “tau diri” dengan bersikap baik dan menghargai etnis asli dan mengikuti norma-norma yang berlaku dalam budaya yang ada.
- Membangun identitas pribadi yang utuh yang mengandung a) Pengakuan tehadap warisan budaya etnik, b) Memandang diri sebagai individu yang menghargai adanya perbedaan nilai-nilai pada setiap orang.Mengerti keadaan kognitif diri sendiri (seperti stereotip dan prasangka) untuk membangun hubungan dengan teman-teman yang berbeda latar belakang budaya.
- Membentuk sikap tenggang rasa, saling menghargai dan bersedia membaur antar etnik tanpa membentuk kelompok eksklusif.
Daftar pustaka;
0 comments:
Posting Komentar