Minggu, 29 Mei 2011

Pak Guru Yth


by Meliana Sitanggang
Sabtu, 30-10-10
19.00 wib

Sudah 13 tahun aku mengecap pindidikan di bangku sekolah sejak TK smpai SMK.
Masih kuinggat jelas rupa guru-guruku sampai saat ini.
Semua tentang mereka bagaikan sebuah film yang terus berputar di kepalaku, meski kadang agak buram seiring berjalannya waktu.
Masa-masa yg masih jelas kuingat tentu saat aku masuk Sekolah Kejuruan yang terbilang favorit. Walaupun otakku ga gede-gede amat, aku bangga bisa menjadi salah satu siswi di sana.

Bagiku, bercerita tentang guru berarti bercerita tentang pahlawan tanpa tanda jasa. Aku percaya setiap orang punya cerita menarik mengenai guru mereka. Begitupun denganku.

Wali kelas pertamaku, Bu Sri. Beliau adalah guru PKN. Aku akan membuka sedikit rahasia kelasku. Waktu itu beliau sedang menerangkan di depan kelas, kuperhatikan betul tingkah teman-teman sekelasku saat itu. Sebagian mengobrol bahkan yg lain hampir pules mendengarkan penjelasan Bu Sri layaknya mendongeng. Kadang aku merasa miris. Tapi memang begitu adanya kelas kami.

Multimedia 1, itulah kelasku. Banyak sekali hukuman2 yg aku dan teman2 dapat dari kelas 1-3 dulu.

Waktu dimarahi Bu Heni karna kelas kotor, Bu Ana marah-marah karna ada kucing yg beranak dalam kelas , Alm. Pak Endang yang sering marah jg karna kami berisik, dan masih bnyak lagi. Kalian ingat itu kan teman-teman??
Kenangan itu terus melekat di otakku tanpa bisa ku lepas lagi.

Hampir semua guru yg mengajarku di SMK meninggalkan kesan mendalam, sehingga ingin rasanya kukeluarkan semua unek-unek dalam tulisan ini tentang semua guruku.

Namun, aku memilih seorang guru yg begitu hebaat buatku. Beliau adalah guru bahasa Indonesia, Pak Saniya.
Tiga tahun mengajarku membuat aku menganguminya. Berwibawa, tegas dan tidak banyak bicara,begitulah beliau. Tak heran ketegasannya kadang membuat aku dan teman-teman agak senewen ,bahkan untuk sekedar berbasa-basi dengan beliau .

Pak Saniya sering sekali bercerita tentang kisah Abu Nawas pada kami. Bahasanya baku dan kaku, tp entah kenapa setiap beliau bercerita seakan ada magnet yg selalu menarik kami untuk menyimaknya.

Itulah Pak Saniya, gayanya mengajar memang berbeda. Begitupun metode pembelajarannya, kadang begitu menyulitkan kami. Tapi justru itu yg membedakan beliau dengan guru kami lainnya.

Pak Saniya, paling kesal kalau namanya salah tulis meskipun satu huruf. Sering dlu aku dan teman2 menulis nama beliau "Sania" bukan Saniya di buku agenda kelas, melihat itu beliau lngsung protes dan kamipun memakluminya.

Oh ya,Pernah suatu ktika aku dan teman2 terlalu lama di kantin sblm pelajrn beliau. "Pak Saniya marah2 di kelas" begitu kta Doni menyusul kami d kantin .aku ga pernh melihat pak Saniya semarah ini. Rupanya ketika tiba di kelas hny ada beberapa org saja pdhl peljran beliu hrsnya sdh dimulai. Pak Saniya tdk suka kalau profesinya tdk dihargai dan itulah yg dirasakannya wkt itu. Pergi keluar kelas itulah responnya pd kami yang tdk menghargai waktu dan profesi beliau. Sikapnya membuat aku dan teman2 merasa bersalah dan meminta maaf dengan menulis surat perjajian untk tdk mengulangi yg ditanda tngan oleh smua teman2 dikelas.

Ketika Rabu tiba.. aku dan teman2 tdk menyangka kami pikir Pak Saniya tdk akan msk kelas krna mungkin msh marah. Tapi tiba tiba beliau muncul dr balik pintu,dan kami agak sedikit tegang.

Begitu rendah hati. Kalimat itu yg ada di kepalaku saat beliau meminta maaf jg pd kami dan datang menyalami tangan kami satu persatu.
Wow, tidak prnah aku lihat seorang guru meminta maaf pd muridnya dgn cara sperti itu. Mendatangi meja kami satu persatu dgn kata MAAF ,pdhl jelas2 kami yg SALAH .

Itulah kesan mendalam dgn Pak Saniya di XII MM 1.

Terima ksh untk pelajaran sederhana dr sikap dan respon yg Bapak berikan pd aku dan teman2 yg "bandel" wkt itu.

0 comments:

Posting Komentar

My Little World Copyright © 2009
Scrapbook Mania theme designed by Simply WP and Free Bingo
Converted by Blogger Template Template